Selain Inggris, Prancis juga mengalami
permasalahan antara emas –nilai mata uang- inflasi. Michel chevalier(seorang
ekonom Prancis abad 19) dalam karangannya bahwa pertambahan penawaran emas
akibat ditemukannya tambang- tambang emas baru di California, Australia, dan
Afrika selatan akan mengakibatkan turunnya harga emas relatif dibandingkan
perak yang kemudian akan membawa pada turunnya nilai riil emas (inflasi) atau
naiknya tingkat harga seluruh barang kecuali emas. Diketahui bahwa ada hubungan
yang besar antara kenaikan produksi emas dengan kenaikan tingkat inflasi di
Perancis tahun 1870. adam smith juga mengungkapkan pendapat yang sama tentang
hal ini yang memperkuat penelitian Jean Bodin pada tahun 1568 yang meneliti
bahwa meningkatnya harga emas dan perak berhubungan erat dengan meningkatnya
tingkat harga- harga secara umum.
Sejarah Negara Perancis
Republik Perancis atau Perancis (bahasa
Perancis: République française,
pengucapan bahasa Perancis: [ʁepyblik fʁɑ̃sɛz]) adalah
sebuah negara
yang teritori metropolitannya terletak di Eropa Barat
dan juga memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang
terletak di benua lain. Perancis Metropolitan memanjang
dari Laut Mediterania hingga Selat Inggris
dan Laut Utara,
dan dari Rhine
ke Samudera Atlantik. Orang Perancis sering
menyebut Perancis Metropolitan sebagai "L'Hexagone" ("Heksagon")
karena bentuk geometris teritorinya. Perancis adalah sebuah republik
kesatuan
semi-presidensial yang tidak punya
presiden. Ideologi utamanya tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara.
Perancis berbatasan dengan Belgia,
Luksemburg,
Jerman,
Swiss,
Italia,
Monako,
Andorra,
dan Spanyol.
Karena memiliki departemen seberang laut, Perancis juga
berbagi perbatasan tanah dengan Brasil dan Suriname (berbatasan dengan Guyana
Perancis), dan Sint Maarten (berbatasan dengan Saint-Martin).
Perancis juga terhubung dengan Britania Raya
oleh Terowongan Channel, yang berada di bawah Selat Inggris.
Perancis telah menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia
sejak pertengahan abad ke-17. Di abad ke-18 dan 19, Perancis membuat salah satu imperium kolonial terbesar saat
itu, membentang sepanjang Afrika Barat dan Asia Tenggara,
memengaruhi budaya dan politik daerah. Perancis adalah negara maju,
dengan ekonomi terbesar keenam (PDB nominal) atau kedelapan (PPP) terbesar di dunia.
Merupakan negara yang paling banyak dikunjungi di dunia, menerima 82 juta turis asing per tahun
(termasuk pelancong bisnis, tapi tidak termasuk orang yang menetap kurang dari
24 jam di Perancis). Perancis adalah salah satu negara pendiri Uni Eropa,
dan memiliki wilayah terbesar dari semua anggota. Perancis juga negara pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan anggota Francophonie,
G8, NATO, dan Uni Latin.
Merupakan salah satu dari lima anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, juga kekuatan nuklir yang besar
dengan 360 hulu ledak aktif dan 59 pembangkit listrik tenaga nuklir.
Sejarah Inflasi di
Perancis
Revolusi
Perancis (bahasa Perancis:
Révolution française; 1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik
di Perancis
yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan
lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarki
absolut yang telah memerintah Perancis selama berabad-abad runtuh
dalam waktu tiga tahun. Rakyat Perancis mengalami transformasi sosial politik
yang epik; feodalisme,
aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok
politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan, dan
oleh masyarakat petani di perdesaan. Ide-ide lama yang berhubungan dengan
tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara
tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; Liberté, égalité, fraternité (kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada
monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi
monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung
dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
Di tengah-tengah krisis keuangan yang
melanda Perancis, Louis XVI naik takhta pada tahun 1774.
Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin menambah kebencian rakyat
terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya ide Pencerahan
dan sentimen radikal, Revolusi Perancis pun dimulai pada tahun 1789 dengan
diadakannya pertemuan Etats-Généraux
pada bulan Mei. Tahun-tahun pertama Revolusi Perancis diawali dengan
diproklamirkannya Sumpah Lapangan Tenis pada
bulan Juni oleh Etats Ketiga, diikuti dengan serangan terhadap Bastille
pada bulan Juli, Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara pada bulan Agustus, dan mars kaum
wanita di Versailles yang memaksa istana kerajaan pindah kembali ke
Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Perancis
didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang
berupaya menggagalkan reformasi.
Sebuah negara republik didirikan pada
bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI dieksekusi setahun kemudian. Perang Revolusi Perancis dimulai pada
tahun 1792 dan berakhir dengan kemenangan Perancis secara spektakuler. Perancis
berhasil menaklukkan Semenanjung Italia, Negara-Negara Rendah, dan
sebagian besar wilayah di sebelah barat Rhine – prestasi
terbesar Perancis selama berabad-abad.
Secara internal, sentimen radikal Revolusi
berpuncak pada naiknya kekuasaan Maximilien Robespierre, Jacobin, dan kediktatoran
virtual oleh Komite Keamanan Publik
selama Pemerintahan Teror dari tahun 1793 hingga 1794.
Selama periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Perancis tewas. Setelah
jatuhnya Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, Direktori mengambilalih
kendali negara pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah
pimpinan Napoleon Bonaparte pada tahun 1799.
Revolusi Perancis telah menimbulkan dampak
yang mendalam terhadap perkembangan sejarah Modern.
Pertumbuhan republik dan demokrasi
liberal, menyebarnya sekularisme,
perkembangan ideologi
modern, dan penemuan gagasan perang total
adalah beberapa warisan Revolusi Perancis. Peristiwa berikutnya yang juga
terkait dengan Revolusi ini adalah Perang Napoleon, dua peristiwa restorasi
monarki terpisah; Restorasi Bourbon dan Monarki Juli,
serta dua revolusi lainnya pada tahun 1834 dan 1848 yang
melahirkan Perancis modern.
Penyebab Revolusi Perancis
Sebagian besar sejarawan
berpendapat bahwa sebab utama Revolusi Perancis adalah ketidakpuasan terhadap Ancien Régime.
Lebih khusus, para sejarawan juga menekankan adanya konflik kelas dari
perspektif Marxis;
hal yang umum terjadi pada akhir abad ke-19. Perekonomian yang tidak sehat,
panen yang buruk, kenaikan harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak
memadai adalah hal-hal yang memicu kebencian rakyat terhadap pemerintah.
Rentetan peristiwa yang mengarah ke revolusi dipicu oleh kebangkrutan
pemerintah karena sistem pajak yang buruk dan utang yang besar akibat
keterlibatan Perancis dalam berbagai perang besar. Upaya Perancis dalam
menantang Inggris –
kekuatan militer utama di dunia pada saat itu – dalam Perang Tujuh Tahun berakhir dengan bencana,
menyebabkan hilangnya jajahan Perancis di Amerika Utara
dan hancurnya Angkatan Laut Perancis. Tentara Perancis dibangun kembali dan
kemudian berhasil menang dalam Perang Revolusi Amerika, namun perang ini
sangat mahal dan secara khusus tidak menghasilkan keuntungan yang nyata bagi
Perancis. Sistem keuangan Perancis terpuruk dan kerajaan tidak mampu menangani
utang negara yang besar. Karena dihadapkan pada krisis keuangan ini, raja lalu
memanggil Majelis Bangsawan pada
tahun 1787, pertama kalinya selama lebih dari satu abad.
Sementara itu, keluarga kerajaan hidup
nyaman di Versailles dan terkesan acuh tak acuh terhadap
krisis yang semakin meningkat. Meskipun secara teori pemerintahan Raja Louis XVI berbentuk monarki
absolut, namun dalam prakteknya ia sering ragu-ragu dan akan mundur
jika menghadapi oposisi yang kuat. Louis XVI memang berusaha mengurangi
pengeluaran pemerintah, namun lawannya di parlement berhasil
menggagalkan upayanya untuk memberlakukan reformasi yang lebih luas. Penentang
kebijakan Louis semakin banyak dan berupaya menjatuhkan kerajaan dengan
berbagai cara, misalnya dengan membagikan pamflet yang melaporkan informasi
palsu dan dilebih-lebihkan untuk mengkritik pemerintah dan aparatnya, yang
semakin memperkuat opini publik dalam melawan monarki.
Faktor lainnya yang dianggap sebagai
penyebab Revolusi Perancis adalah kebencian terhadap pemerintah, yang muncul
seiring dengan berkembangnya cita-cita Pencerahan.
Ini termasuk kebencian terhadap absolutisme kerajaan;
kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan kaum borjuis terhadap
hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan; kebencian terhadap Gereja
Katolik atas pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di
lembaga-lembaga negara; keinginan untuk memperjuangkan kebebasan beragama; kebencian para pendeta
perdesaan miskin terhadap uskup aristokrat; keinginan untuk mewujudkan
kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta (khususnya saat Revolusi
berlangsung) republikanisme; kebencian terhadap Ratu Marie
Antoinette, yang dituduh sebagai seorang pemboros dan mata-mata Austria; serta kemarahan terhadap Raja
karena memecat bendahara keuangan Jacques Necker, salah satu
orang yang dianggap sebagai wakil rakyat di kerajaan.
Krisis Keuangan
Louis XVI
naik takhta menjadi raja Perancis di tengah-tengah krisis
keuangan; negara sudah hampir bangkrut dan pengeluaran negara
melebihi pendapatan. Krisis ini terutama sekali disebabkan oleh keterlibatan
Perancis dalam Perang Tujuh Tahun dan Perang Revolusi Amerika. Pada bulan Mei
1776, menteri keuangan Turgot
dipecat setelah ia gagal melaksanakan reformasi keuangan. Setahun kemudian,
seorang warga asing bernama Jacques Necker ditunjuk
menjadi Bendahara Keuangan. Necker tidak bisa menjadi menteri keuangan resmi
karena ia adalah seorang Protestan.
Necker menyadari bahwa sistem pajak di
Perancis sangat regresif; masyarakat kelas
bawah dikenakan pajak yang lebih besar, sementara kaum bangsawan dan pendeta
diberikan banyak pengecualian. Necker beranggapan bahwa pembebasan pajak untuk
kaum bangsawan dan pendeta harus dikurangi, dan mengusulkan untuk meminjam
lebih banyak uang agar permasalahan keuangan negara bisa teratasi. Necker
menerbitkan sebuah laporan untuk mendukung anggapannya ini, yang menunjukkan
bahwa defisit negara menembus angka 36 juta livre. Necker juga mengusulkan
pembatasan kekuasaan parlement.
Usulan Necker ini tidak diterima dengan baik
oleh para menteri Raja, dan Necker, yang berharap bisa memperkuat posisinya,
berpendapat bahwa ia harus diangkat sebagai menteri, namun Raja menolaknya.
Necker dipecat dan Charles
Alexandre de Calonne ditunjuk menjadi bendahara yang baru. Calonne
dengan cepat menyadari situasi keuangan negara yang sedang kritis dan
mengusulkan pembentukan kode pajak yang baru.
Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan
pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang
berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar dan pengaturan tingkat suku
bunga dan kredit.
Kebijakan
moneter biasanya lebih efektif untuk mengatasi masalah inflasi daripada untuk
mendorong ekspansi kegiatan ekonomi pada jangka pendek. Hal tersebut disebabkan
inflasi dapat diatasi dengan mengendalikan permintaan total masyarakat melalui
pengurangan jumlah uang beredar.
Instrumen-Instrumen
yang biasa digunakan dalam kebijakan moneter melalui Bank Sentral untuk
menanggulangi atau mengatasi masalah inflasi adalah sebagai berikut.
1.
Operasi Pasar Terbuka atau Open Market Operation
Operasi
pasar terbuka adalah usaha atau tindakan-tindakan untuk memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik negara.
Kegiatan penjualan surat berharga ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum.
Dengan demikian, jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang dan kenaikan
harga-harga pun dapat ditekan.
2.
Kebijakan Tingkat Suku Bunga Diskonto atau Discount Rate Policy
Kebijakan
tingkat suku bunga diskonto adalah tindakan Bank Sentral dengan mengubah
tingkat suku bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas dana
pinjaman dari Bank Sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan naik
suku bunga kredit kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yang diberikan
akan turun. Turunnya kredit investasi berakibat pula pada menurunnya pendapatan
nasional, dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat yang pada
akhirnya harga-harga barang pun akan turun.
3.
Kebijakan Cadangan Wajib atau Reserve Requirement Policy
Kebijakan
cadangan wajib berkaitan dengan tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan
wajib bagi bank umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh
Bank Sentral tinggi, jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang
beredar di masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
4.
Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan
kredit selektif berkaitan dengan kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit
kepada nasabah (masyarakat) dengan memperhatikan unsur character, collateral,
capital, capacity, dan condition of economy.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan pengeluaran
pemerintah dan perpajakan yang secara langsung memengaruhi permintaan total dan
memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1.
Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi
bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat atau dengan
mengenakan jenis-jenis pajak baru.
2.
Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau menghapuskan
pengeluaran yang bukan prioritas.
3.
Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang dilakukan pada
masyarakat dan mengembalikannya di kemudian hari, misalnya dalam bentuk
pensiun.
Sumber
: